Bajulan, Pesona Wisata Nganjuk
Desa Bajulan secara geografis
terletak di wilayah Kecamatan Loceret kurang 23 Km arah selatan pusat kota
Nganjuk. Desa ini agak terpencil. Di pisahkan oleh kawasan hutan dengan desa
terdekat yang ada di sebelah utaranya. Karena potensi alamnya yang indah dan
udaranya segar, maka desa semula terpencil dan sepi ini sekarang menjadi ramai
dikunjungi orang.
Dalam sejarah, desa terpencil ini
pernah menjadi persinggahan Panglima Sudirman saat bergerilya melawan Belanda.
Di tempat ini Panglima Sudirman singgah selama 9 hari, adalah waktu yang paling
lama jika dibandingkan dengan tempat lain yang pernah disinggahinya . desa ini
juga memiliki kawasan hutan pinus yang
indah, ssungai yang jernih airnya, serta memiliki sejumlah air terjun yang
menantang untuk dinikmati keindahannya.perjalanan untuk menuju ke kawasan
wisata Bajulan ini cukup lancar, karena semua jalan menuju lokasi sudah
beraspal. Apabila ditempuh dangan kendaraan bermotor , membutuhkan waktu
sekitar 45-60 menit dari kota Nganjuk.
Di kawasan hutan Bajulan bagian
selatan, lewat jalan kecil , didapati beberapa air terjun. Paling dekan dan
mudah dijangkau adalah air terjun Roro Kuning yang jaraknya sekitar 700 meter
dari Museum Sudirman, tempat ini sekarang sduah mulai banyak dikunjungi orang,
terutama kalangan remaja, Pramuka, dan kelompok pecinta alam lainnya.
Lebih ke selatan dengan melewati jalan setapak menuju ke
atasakan ditemui air terjun dengan ketinggian beragam, yaitu:
1.
Pacoban Ngunut, dengan ketinggian 55 meter
2.
Pacoban Coban, dengan ketinggian 95 meter
3.
Pacoban Lawe , dengan ktinggian 75 meter
Saat rombongan Wana Wisata
Pramuka Kwarcab Nganjuk melaksanakan perjalanan wisata yang dipimpin oleh ketua
Kwarcab Nganjuk Drs. Harmintadji , tanggal 26 Juni 1991 , berhasil sampai di
lokasi air terjun tersebut. Ketiga air terjun ini pernah pula dikunjungi
anggota DPRD II Nganjuk, ketua AMPI, Pembantu Bupati di Berberk dan Camat
Loceret. Menurut penuturan mereka yang pernah kesana, air terjun yang saling
berdekatan itu airnya jernih. Kelak bisa menjadi saingan utama wisata alam air
terjun Sedudo dan sekitarnya.
Asal mula nama air
terjun
Menurut cerita penduduk setempat,
nama-nama air terjun yang ada di kawasan Bajulan ini erat kaitannya dengan
cerita kerajaan Daha (Kediri)saat diperintah oleh Sri Aji Jayabaya. Diceritakan
bahwa saat terjadi peperangan antara Kerajaan Kediri dengan Kerajaan seberang ,
Kediri mengalami kekalahan. Setelah perang usai, raja seberang ingin
memperistri Dewi Kilisuci , namun keinginan raja seberang tersebut ditolak, dan
Dewi Kilisuci melarikan diri bersembungi ditengah hutan lereng gunung Wilis.
Kepergiannya ditemani oleh Dewi Sekartaji dan Panji Asmorobangun. Sesampainya
di tengah hutan , Dewi Sekartaji menderita sakit . karena tidak membawa
perbekalan, Dewi Kilisuci bermaksud mencari dedaunan untuk ramuan obat, tetapi
sialnya ketika ia kembali, ia terperosok dan tidak dapat menemukan kembali di
mana adiknya terbaring.
Setelah beberapa hari, Dewi
Kilisuci sampai di sebuah grojogan yang banyak bebatuannya dan menemukan
bebatuan berbentuk meja. Karena kelelahan, maka tertidurlah Dewi Kilisuci ,
namun dalam tidurnya merasa diganggu oleh makhluk halus. Cobaan demi cobaan
silih berganti. Mengingat banyaknya cobaan , grojogan itu diberi nama Pacoban.
Gagal melakukan semedi di tempat
pertama, Dewi Kilisuci dengan pakaian compang –camping berjalan tertatih-tatih
ke tempat grojogan yang lebih atas. Ternyata keadaan di atas tidak jauh berbeda
dengan keadaan di bawah, bahwa godaan lebih banyak. Mengingat godaan dan cobaan
semakin banyak dan ikut mengganggu semedinya , lokasi grojogan diatasnya diberi
nama Pacoban Nunut. Walaupun terus mendapat godaan , Dewi Kilisuci meneruskan
semedinya sampai akhir hayatnya di tempat ini.
Sementara adiknya, Dewi Sekartaji
dan Panji Asmorobangun yang menderita sakit akhirnya sembuh. Ketika bermaksud
mencari kakaknya, tersesat dikawasan lereng Gunung Wilis sebelah timur hingga
mendekati desa Bajulan. Seperti halnya Dewi Kilisuci , mereka juga menemukan
sebuah grojogan yang sangat indah dengan ketinggian sekitar 4-5 meter. Di
tempat ini mereka tidak mendapat godaan, maka akhirnya menetap di sana sampai
akhir hayatnya. Air terjun yang pernah ditempati oleh Dewi Sekartaji dan Panji
Asmorobangun ini, saat ini terkenal dengan nama air terjun Roro Kuning.
0 komentar:
Posting Komentar